Villa Isola, Bandung
Villa Isola, Bandung adalah
bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Berlokasi
pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang (Jln. Setiabudhi).
Villa Isola adalah salah satu bangunan yang dibangun pada tahun 1932 bergaya
Arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di Bandung, yang merupakan salah satu
dari karya arsitek terkenal dari Belanda C.P Schoemaker.
Sejarah
Di
awal tahun 30-an seluruh dunia mengalami krisis global, termasuk indonesia yang
pada saat itu perekonomian indonesia di bawah kendali belanda. Tapi krisis
tersebut tidak berpengaruh bagi seseorang yang bernama Dominique Willem Berrety
yang merupakan keturunan campuran jawa-itali. Dia mulai mambangun Villa Isola
dengan biaya yang sangat fantastik yaitu 500.000 gulden (sekitar 250 Milyar
rupiah). Dari jaman dahulu sampai sekarang Bandung terkenal dengan udaranya
yang sangat sejuk, terlebih daerah Bandung utara atau Lembang sekitarnya, dari
situlah Berretty memilih tempat yang tepat untuk membangun sebuah vila.
Gambar
Villa Isola, Bandung
Villa
Isola dibangun di atas tanah seluas ± 1 hektar yang mencakup bangunan, taman,
kolam, dan kebun anggur. Villa Isola di bangun dengan waktu yang sangat singkat
Oktober 1932 sampai Maret 1933. Schoemaker dikenal sebagai Arsitek Art Deco
yang mahir menyelaraskan arsitektur eropa dengan lingkungan tropis dan
keahliannya dalam memadukan elemen dekoratif kuno dengan arsitektur modern,
sehingga dia dikenal sebagai arsitek terbaik pada masa itu.
Villa Isola selesai dibangun 1933, namun tragis bagi
pemiliknya yang bernama Berrety, pada tanggal 20 Desember 1934 ia meninggal dunia
akibat kecelakaan pesawat yang ia naiki dalam penerbangan regular
Pesawat Uiver dari Amsterdam
menuju Batavia. Setelah Beretty meninggal, Villa ini dibeli oleh Savoy Homann
untuk menjadi bagian dari hotel tersebut. Pada masa kemerdekaan, bangunan ini menjadi markas
tentara Jepang dan pernah menjadi markas tentara pejuang kemerdekaan. Pada
tanggal 20 Oktober 1954, gedung ini diserahkan oleh Perdana Menteri Ali
Sastroamidjodjo kepada Menteri Pendidikan Muhammad Yamin sebagai gedung utama
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), dan peristiwa ini menandai berdirinya
PTPG. PTPG kemudian berangsur-angsur berkembang dan berubah menjadi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari Universitas Padjadjaran (1958), kemudian
menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung (IKIP Bandung, 1963)
sampai akhirnya sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, 1999).
Pada
masa pendudukan Jepang, Gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara
Jenderal Hitoshi Imamura saat menjelang Perjanjian Kalijati dengan Pemerintah
terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Tentara Indonesia
kemudian berhasil merebut Villa Isola. Semenjak itulah nama Villa Isola berubah
menjadi Bumi Siliwangi yang mengandung arti rumah pribumi. Saat itu keadaan Villa
Isola atau Bumi Siliwangi berupa puing-puing bangunan yang telah hancur dibeberapa
bagian. Pada tahun 1954 Villa Isola dibeli pemerintah Indonesia seharga Rp
1.500.000. Vila Isola atau Bumi Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP
atau UPI Bandung saat ini. Semenjak tahun 1954 Villa Isola menjadi kantor
rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun berubah menjadi
IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan Sekretariat
Universitas masih menempati Villa Isola.
Gedung
ini berarsitektur modern dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat
arsitektur Jawa bersumbu kosmik utara-selatan. Orientasi kosmik ini diperkuat
dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak lurus dengan sumbu
melintang bangunan ke arah Gunung Tangkuban Perahu. Bangunan ini terdiri dari 3
lantai, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya,
disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka,
dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut
bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan
bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh
dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara
bangunan terhadap lingkungan.
Gbr Tampak Atas
Villa Isola
Dalam meletakkan
massa Villa Isola, Schoemaker menggunakan sumbu imajiner utara-selatan dengan
arah utara menghadap Gunung Tangkuban Perahu dan arah selatan menghadap Kota
Bandung. Penggunaan sumbu utara-selatan dengan berorientasi pada sesuatu yang
sakral (gunung atau laut) merupakan orientasi kosmis masyarakat di Pulau Jawa.
Villa
Isola terletak di antara dua taman yang memiliki ketinggian berbeda. Taman di
bagian selatan lebih rendah daripada taman di bagian utara. Taman di utara
didesain dengan menghadirkan nuansa Eropa di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan
kolam berbentuk persegi dengan patung marmer di tengahnya. Pada taman ini
terdapat jalur yang merupakan as yang membagi taman menjadi dua bagian
simetris. Mendekati bagian utara bangunan, akan terlihat tangga berbentuk
setengah lingkaran yang titik pusatnya berada pada bangunan.
Hal
serupa juga diterapkan pada taman bagian selatan. Pengolahan bentuk anak tangga
setengah lingkaran berpusat pada bangunan Villa Isola. Kedua taman yang
memiliki perbedaan ketinggian dihubungkan dengan dua tangga melingkar pada sisi
barat dan timur bangunan. Pengolahan taman dengan menggunakan bentuk melingkar
yang berpusat pada bangunan yang juga memiliki bentuk melingkar, menjadikan
bangunan menyatu dengan lahan di sekitarnya.
Gbr Peletakkan Massa
Gbr Taman Villa Isola
Fasad dan Interior
Fasad bangunan Villa Isola
diperkaya dengan garis-garis lengkung horizontal. Hal ini merupakan ciri
arsitektur Timur yang banyak terdapat pada candi di Jawa dan India. Pada
saat-saat tertentu, garis dan bidang memberi efek bayangan dramatis pada
bangunan.
Villa Isola memiliki bentuk
simetris. Suatu bentuk berkesan formal dan berwibawa. Pintu utama terdapat pada
bagian tengah bangunan, menghadap ke utara. Pintu ini dilindungi sebuah kanopi
berupa dak beton berbentuk melengkung yang ditopang satu tiang pada ujungnya.
Bagian villa yang menghadap utara
dan selatan digunakan untuk ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan,
masing-masing dilengkapi jendela dan pintu berkaca lebar, sehingga penghuni
dapat menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Pemandangan indah ini juga
dapat diamati dari teras yang memanfaatkan atap datar dari beton bertulang di
atas lantai tiga.
Pada taman belakang terdapat
kolam dengan pergola untuk bunga dan dilengkapi dengan lapangan tenis.
Di depan sebelah utara jauh terpisah dari bangunan utama ditempatkan unit
pelayanan terdiri dari garasi untuk beberapa mobil, rumah sopir, pelayan,
gudang dan lain-lain.
Pintu gerbang masuk ke komplek
villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang
horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup
lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan
portal datar dari beton bertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada
dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi
kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang
mirip dengan bagian rumah Toraja ( tongkonan ). Setelah melalui pintu utama
terdapat vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya.
Ruang penerima ini terdapat di
balik pintu masuk utama selain berfungsi untuk tempat mantel, payung tongkat
dan lain lain juga sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang di
dalam. Dari vestibula ke kiri dan ke kanan terdapat tangga yang
melingkar mengikuti bentuk gedung secara keseluruhan. Tangga ini terus-menerus
sampai ke atap.
Ruang-ruang seperti diekspresikan
pada wajah gedung bagian utara (depan) maupun selatan (belakang) juga simetris.
Ruang-ruang yang terletak di sudut, dindingnya berbentuk 1/4 lingkaran. Lantai
paling bawah digunakan untuk rekreasi, bermain anak-anak dilengkapi dengan mini
bar langsung menghadap ke teras taman belakang. Selain itu pada bagian ini,
terdapat juga ruang untuk kantor, dapur, kamar mandi dan toilet. Di atasnya
adalah lantai satu yang langsung dicapai dari pintu masuk utama. Pada lantai
ini, di belakang vestibule terdapat hall cukup besar, permukaannya
sedikit lebih rendah, karena itu dibuat tangga menurun. Kemudian setelah tangga
langsung ke salon atau ruang keluarga yang sangat luas. Antara hall dan salon
dipisahkan oleh pintu dorong sehingga bila diperlukan, kedua ruangan ini dapat
dijadikan satu ruang yang cukup luas. Jendela pada ruangan ini juga mengikuti
dinding yang berbentuk lingkaran sehingga dapat leluasa memandang kota Bandung.
Ruang makan terletak di sebelah kiri (barat) salon. Di sebelah kanan (timur)
ruang makan terdapat ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan ruang ketik di
belakangannya (utara). Semua ruang berjendela lebar kecuali untuk menikmati
pemandangan luar, juga sebagai ventilasi dan saluran sinar matahari. Pembukaan
jendela, pintu yang lebar merupakan penerapan konsepsi tradisional yang menyatu
dengan alam.
Semua ruang tidur ditempatkan
pada lantai dua berjejer dan berhadapan satu dengan lainnya yang masing masing
dihubungkan dengan gang di tengah. Pembagian ruang tidur dilakukan secara
simetris. Di sebelah selatan terdapat ruang tidur utama, tengah utara untuk
ruang keluarga dan di sebelah barat dan timur terdapat lagi kamar tidur.
Masing-masing kamar mempunyai teras atau balkon. Kamar tidur utama sangat luas
dengan ruang pakaian dan toilet di kiri kanannya. Antara ruang tidur utama dan
teras terdapat pintu dorong selebar dinding sehingga apabila dibuka teras
menyatu dengan kamar tidur, menghadap ke arah kota Bandung. Untuk melindungi
teras dan ruang tidur dari air hujan, dibuat tritisan dari kaca disangga dengan
rangka baja.
Bentuk ruang keluarga identik
dengan ruang tidur utama, dengan latar belakang ke arah utara, sehingga Gunung
Tangkuban Parahu menjadi vistanya. Di atas ruang-rung tidur terdapat lantai
tiga yang terdiri atas sebuah ruang cukup luas untuk pertemuan atau pesta,
kamar tidur untuk tamu, sebuah bar, dan kamar mandi serta toilet tersendiri.
Sama dengan ruang lainnya, ruang ini memiliki teras, jendela dan pintu dorong
lebar. Di atas lantai tiga berupa atap datar yang digunakan untuk teras. Semua
perabotan dan kaca tritisan diimpor dari Paris, Perancis.
Bangunan ini ada tendensi
horisontal dan vertikal yang ada pada arsitektur India yang banyak berpengaruh
pada candi-candi di Jawa. Dikatakannya dalam arsitektur candi maupun bangunan
tradisional, keindahan ornamen berupa garis-garis molding akan lebih
terlihat dengan adanya efek bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek
masa lampau dalam mengeksploitasi sinar matahari tropis.
Schoemaker banyak memadukan
falsafah arsitektur tradisional dengan modern dalam bangunan ini. Secara
konsisten, ia menerapkannya mulai dari kesatuan dengan lingkungan, orientasi
kosmik utara selatan, bentuk dan pemanfaatan sinar matahari untuk mendapat efek
bayangan yang memperindah bangunan.
Seperti pintu masuk utara, pintu
masuk selatan berhadapan langsung dengan taman. Pengolahan lahan, taman, dan
elemen-elemennya turut mendukung keunikan Villa Isola terutama dari segi
bentuk. Semuanya itu menyuarakan satu bentuk: bundar!
Gbr 1 dan 2 Pintu Masuk Villa Isola
Gbr Tangga Villa Isola
Gbr Ruang Makan
Tahap Pemugaran
Pada tahun 1954 Villa Isola pun dibeli pemerintah Indonesia
seharga Rp 1.500.000. Villa Isola atau Bumi Siliwangi itu pun kemudian dijadikan
gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal
dari IKIP atau UPI Bandung saat ini.
Semenjak tahun 1954 Villa Isola menjadi kantor rektorat dan juga
ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai
saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan Sekretariat Universitas masih menempati
Villa Isola.
Kini pihak UPI sedang melakukan pembangunan revitalisasi “Isola
Heritage” yang dimulai sejak tahun 2009 yang direncanakan selesai pada
tahun 2011. Isola Heritage akan mencakup dan memakan lahan 2 ha. Biaya yang
dikeluarkan untuk proyek ini pun tidak tanggung-tanggung yaitu berkisar antara
4-5 miliar rupiah. Kawasan Isola Heritage ini memiliki konsep eduturisme karena
menggabungkan hutan kota sekaligus sebagai areal penelitian. Didukung dengan
botanical garden, diharapkan Isola Heritage pun dapat berfungsi sebagai
paru-paru kota. Proses revitalisasi Gedung Isola diantaranya dengan pemugaran
taman dan kolam serta penambahan monumen pendidikan dan gedung informasi di
sekitarnya. Isola Heritage akan jadi kawasan cagar budaya yang dapat dinikmati
seluruh kalangan sebagai bagian dari wisata pendidikan. Karena ini
merupakan publik area, siapa pun boleh datang ke sini tidak terbatas untuk
internal UPI saja.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar